Jumat, 11 Januari 2013

Careless girl…part 01.



HELM YANG TERTUKAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Uhmm, judulnya kok ngga ngenakin banget ya ? Tapi begitulah, aku pun menyadarinya sepenuh hati. Tidak hanya sekali du akali aku mengalami hal yang memalukan, untukku maupun orang-orang di sekitarku, huhu.

Let’s check it out..
Hari itu adalah hari keduaku ( kami anak “ Green House”) menempati kos baru, ngga jauh si letaknya dari kampus, sekitar 5 menitan jalan kaki. Anak kos baru yang bau kencur, kenapa ?  karena itu kali pertamaku indekos setelah sebelumnya menghuni asrama UNY Kampus Wates tercinta selama satu tahun pertama.  Tapi malang bagi kami, kami diusir harus meninggalkan asrama yang super nyaman dengan fasilitasnya yag cukup lengkap mulai dari kasur dan ranjangnya, lemari, meja belajar yang semuanya serba pribadi dan pindah ke rumah baru yang hanya berukuran 3m x 3m. itupun harus dibagi untuk berdua, aku dan sahabatku Riska, hehe. Hal ini tentu ada alasannya, yaitu :
1.       Karena kami terlalu santai dalam mencari kos sebelumnya, sehingga kami pun ngga kebagian kamar kosong di kos itu. Cari kosan di tempat lain, kurang cocok tempatnya.
2.      Untuk menghemat pengeluaran untu membayar kos setiap tahunnya, hehe
( sebenarnya bisa dibilang inilah alas an utamanya)
 Waktu itu tanggal 4 September 2012, siang setelah pulang kuliah kami tentu harus membeli berbagai perlengkapan untuk kehidupan rumah tangga kami yang baru, karena kamar kami memang masih benar-benar kosong, hanya berisikan kasur, dan perlengkapan makan dan pakaian. Karena barang yang harus kami beli cukup banyak dan tempatnya tersebar, maka kami memutuskan untuk meminjam motor lengkap dengan helmnya teman, Ganis namanya. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Toserba “WS”, setelah itu beralih ke Pasar Wates. Mulai dari rak piring, tempat sampah hingga gantungan jilbab dengan susah payah kami bawa pulang. Saat di pasar, aku dan Riska sempat berdebat kecil soal rak yang akan kami beli, karena ukuran dan jenis bahan yang kurang sesuai dengan yang kami inginkan. Akan tetapi, karena terjadi kesalahan komunikasi, akhirnya aku meng”iyakan” kepada sang penjual untuk membeli rak itu. Setelah proses tawar menawar selesai dan kami berjalan pulang, barulah Riska berkata, “ Lho, katane ngga jadi ambil rak yang itu, kita kan mau beli di HW. Gimana si ka ?”, dan barulah aku sadar akan kesalahan yang kulakukan. Tapi,it’s over. Ngga jadi masalah buat kami. Kami hanya tertawa geli sepanjang perjalanan pulang.
Setelah kami rasa cukup, kami pun beranjak pulang, dan jeng jeng, setelah sampai kos barulah kami menyadari bahwa ada barang yang belum kami beli. Saat itulah, Dian teman kami melihat rak yang kami beli dan menyatakan ketertarikannya, Lha ide konyol pun muncul. Rak yang baru saja kami belli lalu kami alihkan pada Dian dan kami akan membeli rak baru di HW. Sesampainya di HW, helm kubawa dan kuletakkan di tempat penitipan tas dan helm. Aku tidak menyadari bahwa di samping helm yang baru saja kuletakkan juga ada helm putih, yang walaupun berbeda merek, tapi itu nyaris serupa. Setelah kami pusing muter-muter HW, kami pun pulang. Aku tidak memperhatikan apakah helm yang baru saja kuambil adalah benar helm milik temanku atau bukan.
Sesampainya di kos, kami pun sibuk dengan urusan beres-beres rumah ( ? ). Helm kukembalikan di kamar Ganis, dan baru pada malam harinya Ganis menyadari bahwa helm yang kekembalikan bukanlah helmnya. Gubragg, aku pun bingung, panik dan sangat merasa bersalah, mengingat helm itu adalah pemberian pacarnya. Ganis memang bilang hal itu tidak apa-apa, toh sudah terlanjur terjadi dan tidak akan kembali lagi. Tapi tidak bagiku, hal ini membuatku tak nyenyak tidur hingga keesokan paginya kegalauan kubawa ke bangku kuliah.
Paginya sepulang kuliah, aku pun memaksa untuk ditemani kembali ke HW. Tidak ada salahnya mencoba, pikirku. Dan alhamdulillah, setelah kutanyakan pada kasir, apakah ada komplain helm yang tertukar kemarin, mbaknya menjawab ada. Dan helm itu benar kepunyaan Ganis. Aku sangat bersyukur karena hal itu, dan berjanji akan lebih berhati-hati lagi jika memakai barang apapun, apalagi barang itu adalah barang pinjaman, hehe..
Enough, just a part of my embarrassing moments. :’(
Wassalamu’alaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar