HELM YANG TERTUKAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Uhmm, judulnya kok ngga ngenakin banget ya ?
Tapi begitulah, aku pun menyadarinya sepenuh hati. Tidak hanya sekali du akali
aku mengalami hal yang memalukan, untukku maupun orang-orang di sekitarku, huhu.
Let’s
check it out..
Hari
itu adalah hari keduaku ( kami anak “ Green House”) menempati kos baru, ngga
jauh si letaknya dari kampus, sekitar 5 menitan jalan kaki. Anak kos baru yang
bau kencur, kenapa ? karena itu kali
pertamaku indekos setelah sebelumnya menghuni asrama UNY Kampus Wates tercinta
selama satu tahun pertama. Tapi malang
bagi kami, kami diusir harus
meninggalkan asrama yang super nyaman dengan fasilitasnya yag cukup lengkap
mulai dari kasur dan ranjangnya, lemari, meja belajar yang semuanya serba
pribadi dan pindah ke rumah baru yang hanya berukuran 3m x 3m. itupun harus
dibagi untuk berdua, aku dan sahabatku Riska, hehe. Hal ini tentu ada
alasannya, yaitu :
1.
Karena kami terlalu santai dalam mencari kos
sebelumnya, sehingga kami pun ngga kebagian kamar kosong di kos itu. Cari kosan
di tempat lain, kurang cocok tempatnya.
2.
Untuk menghemat pengeluaran untu membayar kos
setiap tahunnya, hehe
(
sebenarnya bisa dibilang inilah alas an utamanya)
Waktu itu tanggal 4 September 2012, siang
setelah pulang kuliah kami tentu harus membeli berbagai perlengkapan untuk
kehidupan rumah tangga kami yang baru, karena kamar kami memang masih
benar-benar kosong, hanya berisikan kasur, dan perlengkapan makan dan pakaian.
Karena barang yang harus kami beli cukup banyak dan tempatnya tersebar, maka
kami memutuskan untuk meminjam motor lengkap dengan helmnya teman, Ganis
namanya. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Toserba “WS”, setelah itu
beralih ke Pasar Wates. Mulai dari rak piring, tempat sampah hingga gantungan
jilbab dengan susah payah kami bawa pulang. Saat di pasar, aku dan Riska sempat
berdebat kecil soal rak yang akan kami beli, karena ukuran dan jenis bahan yang
kurang sesuai dengan yang kami inginkan. Akan tetapi, karena terjadi kesalahan
komunikasi, akhirnya aku meng”iyakan” kepada sang penjual untuk membeli rak
itu. Setelah proses tawar menawar selesai dan kami berjalan pulang, barulah
Riska berkata, “ Lho, katane ngga jadi ambil rak yang itu, kita kan mau beli di
HW. Gimana si ka ?”, dan barulah aku sadar akan kesalahan yang kulakukan.
Tapi,it’s over. Ngga jadi masalah buat kami. Kami hanya tertawa geli sepanjang
perjalanan pulang.
Setelah
kami rasa cukup, kami pun beranjak pulang, dan jeng jeng, setelah sampai kos
barulah kami menyadari bahwa ada barang yang belum kami beli. Saat itulah, Dian
teman kami melihat rak yang kami beli dan menyatakan ketertarikannya, Lha ide konyol
pun muncul. Rak yang baru saja kami belli lalu kami alihkan pada Dian dan kami
akan membeli rak baru di HW. Sesampainya di HW, helm kubawa dan kuletakkan di
tempat penitipan tas dan helm. Aku tidak menyadari bahwa di samping helm yang
baru saja kuletakkan juga ada helm putih, yang walaupun berbeda merek, tapi itu
nyaris serupa. Setelah kami pusing muter-muter HW, kami pun pulang. Aku tidak
memperhatikan apakah helm yang baru saja kuambil adalah benar helm milik
temanku atau bukan.
Sesampainya
di kos, kami pun sibuk dengan urusan beres-beres rumah ( ? ). Helm kukembalikan
di kamar Ganis, dan baru pada malam harinya Ganis menyadari bahwa helm yang
kekembalikan bukanlah helmnya. Gubragg, aku pun bingung, panik dan sangat
merasa bersalah, mengingat helm itu adalah pemberian pacarnya. Ganis memang
bilang hal itu tidak apa-apa, toh sudah terlanjur terjadi dan tidak akan
kembali lagi. Tapi tidak bagiku, hal ini membuatku tak nyenyak tidur hingga
keesokan paginya kegalauan kubawa ke bangku kuliah.
Paginya
sepulang kuliah, aku pun memaksa untuk ditemani kembali ke HW. Tidak ada
salahnya mencoba, pikirku. Dan alhamdulillah, setelah kutanyakan pada kasir,
apakah ada komplain helm yang tertukar kemarin, mbaknya menjawab ada. Dan helm
itu benar kepunyaan Ganis. Aku sangat bersyukur karena hal itu, dan berjanji
akan lebih berhati-hati lagi jika memakai barang apapun, apalagi barang itu
adalah barang pinjaman, hehe..
Enough,
just a part of my embarrassing moments. :’(
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar